Sumbangan inflasi berasal dari harga cabai merah dan cabai rawit yang melonjak, serta semakin berkilaunya harga komoditas emas.
Berdasarkan hasil survei bank sentral nasional sampai pekan terakhir bulan ini, inflasi harga cabai merah sebesar 0,11 persen dan cabai rawit 0,15 persen. Sementara inflasi emas perhiasan sekitar 0,08 persen.
"Cabai dan emas sama seperti beberapa waktu sebelumnya (menyumbang inflasi), tapi harga cabai sudah mulai turun, meski harganya masih relatif tinggi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (30/8).
Menurut Perry, sumbangan inflasi dari harga cabai terbilang wajar karena disebabkan oleh faktor cuaca yang mengganggu proses produksi di sejumlah sentra cabai di Tanah Air. Misalnya, yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera."Tapi kami melihat ini bersifat temporer, insya Allah beberapa bulan ini sudah mulai masuk panen cabai dan akhir tahun inflasi masih di bawah 3,5 persen," katanya.
Ia meyakini tingkat inflasi tidak akan melebar dari target karena beberapa komponen pengeluaran masyarakat justru mengalami penurunan harga atau deflasi. Misalnya, tarif angkutan udara sekitar minus 0,09 persen, bawang merah minus 0,07 persen, daging ayam ras 0,02 persen, dan sisanya dari sayur-sayuran.
Pada bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,31 persen secara bulanan pada Juli 2019. Sementara secara tahunan berada di kisaran 3,32 persen.Kepala BPS Suhariyanto mengatakan inflasi terjadi di hampir seluruh kelompok pengeluaran. Untuk kelompok bahan makanan, inflasinya tercatat sebesar 0,8 persen dan memberikan andil sebesar 0,17 persen.
Sumbangan inflasi bahan makanan diberikan oleh cabai rawit sebesar 0,06 persen. Sementara bawang putih dan bawang merah masing-masing memberi andil deflasi sebesar 0,02 persen dan 0,04 persen.
[Gambas:Video CNN] (uli/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2MMO0Tj
via IFTTT
No comments:
Post a Comment