Pages

Thursday, August 29, 2019

Pertamina Bisa Hemat Rp5 Triliun dari Digitalisasi Bisnis

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menargetkan efisiensi sekitar Rp3 triliun hingga Rp5 triliun per tahun melalui perluasan digitalisasi dari hulu ke hilir. Digitalisasi tersebut bertujuan untuk pelayanan konsumen maupun perbaikan administrasi internal perusahaan.

"Tujuan utama transformasi digital ini adalah untuk meningkatkan layanan Pertamina baik untuk customer ataupun proses bisnis internal. Apalagi, kami memiliki ribuan SPBU dan agen LPG yang jika tidak diatur secara digital tentu akan sulit," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat menghadiri Pertamina Digital Expo 2019 di Jakarta, Kamis (29/8).

Di sektor hulu, Direktur Hulu Dharmawan Samsu mengungkapkan perusahaan telah membangun Upstream Cloud dan Big Data Analytic agar informasi bisa tersentralisasi dan terintegrasi. Perseroan juga memiliki sistem group license untuk memaksimalkan penggunaan lisensi piranti lunak dalam operasionalnya.

"Proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat, proses pengadaan yang lebih efektif, dan terjadi proses pertukaran pengetahuan," ujar Dharmawan.

Selanjutnya, perseroan juga menyiapkan predictive maintenance yang terintegrasi sehingga bisa meminimalisasi peluang operasi yang berhenti secara mendadak.

Sementara, di sektor hilir, perseroan masih melanjutkan program digitalisasi SPBU dan Terminal BBM. Melalui program kerja sama dengan PT Telkom ini, perusahaan bisa memonitor ketahanan stok dan distribusi BBM secara online.

Hanya saja, upaya digitalisasi ini dianggap belum maksimal. Sebagai contoh, Direktur Pemasaran Retail Mas'ud Khamid mengungkapkan sampai saat ini hanya ada 200-an SPBU dari sekitar 5 ribu SPBU yang sudah menerapkan digitalisasi terintegrasi antara penjualan bahan bakar dan pembayaran.

Mas'ud berdalih, terdapat empat kendala utama dalam melakukan digitalisasi SPBU tersebut. Pertama, infrastruktur SPBU yang belum siap. Kedua, pola pikir pengelola SPBU yang belum siap menerima teknologi baru.

"Karena ini teknologi baru, mereka ketakutan dengan aspek keamanan karena ini kan lokasi yang mudah terbakar tapi dengan edukasi sudah paham," ujarnya.

Lalu, kendala ketiga berasal dari teknisi Telkom yang masih awam dalam menggarap proyek digital sektor minyak dan gas. Keempat, integrasi aplikasi pengukuran SPBU dan pos pembayaran pelat merah LinkAja yang memakan waktu.

Mas'ud menargetkan proses digitalisasi di seluruh SPBU rampung paling lambat akhir tahun ini. "Harus bisa (selesai)," ucapnya.

Lebih lanjut, dalam proses pengadaan barang dan jasa, perseroan juga menerapkan pengadaan digital yang diperkirakan dapat memberikan penghematan terbesar, yaitu berkisar Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun per tahun. (glh)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2zuvI0x
via IFTTT

No comments:

Post a Comment