Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan kenaikan NPL disebabkan oleh kredit dari sektor korporasi. Ia optimistis tahun depan posisinya bisa berkurang jika banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi utang.
"Sekarang NPL sedikit naik dari biasanya 2,5 persen sekarang 2,6 persen. Ini hanya sementara," ucap Wimboh, Kamis (31/10).
Kendati yakin NPL akan turun tahun depan, Wimboh tak menyebut secara pasti apakah bisa kembali seperti tahun lalu pada kisaran 2,37 persen. Selain NPL yang memburuk, Wimboh juga menyebut ada potensi perlambatan pertumbuhan kredit tahun ini. Kalau 2018 kemarin bisa tumbuh sekitar 11 persen sampai 12 persen, ia memproyeksi tahun ini hanya 10 persen.
"Ini memang ada tanda akan melambat. Tapi ini kan bukan akhir, tahun depan bisa didorong," ucap Wimboh.
Sementara, OJK mencatat NPL gross per September 2019 sebesar 2,66 persen. Kemudian, kredit naik sebesar 7,89 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp5.524 triliun.
Peningkatan itu khususnya ditopang oleh penyaluran kredit di sektor infrastruktur yang naik 16,67 persen menjadi Rp777,89 triliun, pariwisata naik 7,35 persen menjadi Rp131,56 triliun, pengolahan naik 5,54 persen menjadi Rp917,46 triliun, perikanan dan kelautan naik 0,07 persen menjadi Rp93,22 triliun, dan perumahan naik 9,99 persen menjadi Rp512,8 triliun.Wimboh menilai dinamika ekonomi global ikut berdampak pada sektor jasa keuangan dan riil Indonesia. Oleh karena itu, tambahnya, butuh sinergi dari sejumlah pihak agar sektor jasa keuangan tetap kokoh.
[Gambas:Video CNN] (aud/age)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2N5XzMf
via IFTTT
No comments:
Post a Comment