Pages

Friday, August 30, 2019

Timbun Emas Kala Ekonomi Global Makin Cemas

Jakarta, CNN Indonesia -- Komoditas emas kini sedang menjadi primadona di mata banyak orang. Bagaimana tidak, harganya terpantau terus menanjak sejak awal tahun, dan puncaknya pada Agustus 2019 lalu.

Mengutip laman resmi logammulia.com, harga jual emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) perdagangan 31 Juli 2019 masih sebesar Rp711 ribu per gram. Sementara itu, pada 29 Agustus 2019 angkanya sudah di level Rp771 ribu per gram.

Sementara itu, mengacu pada pasar Commodity Exchange COMEX, harga emas di perdagangan internasional naik 0,16 persen menjadi US$1.551,6 per troy ons pada perdagangan 29 Agustus 2019. Kemudian harga emas di perdagangan spot berada di posisi US$1.542,45 per troy ons atau menguat 0,22 persen pada periode yang sama.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang meningkat membawa berkah bagi emas. Maklum, emas kerap dijadikan investasi yang aman (safe heaven) ketika kondisi ekonomi sedang tak kondusif.

"Kekhawatiran pasar selalu mendorong harga emas, karena emas ini kan aset safe heaven," ucap Ariston kepada CNNIndonesia.com, Jumat (30/8).

Bukan hanya soal perang dagang, tapi penurunan tingkat imbal hasil (yield) dari surat utang AS juga ikut menopang harga emas beberapa waktu terakhir. Ditambah, ekonomi global kini juga sedang melambat.

"Yield obligasi AS turun karena pasar menilai perang dagang bisa menekan ekonomi AS," kata Ariston.

Situasi ini sebaiknya jangan dilewatkan begitu saja. Bagi Anda yang belum pernah berinvestasi emas, mungkin ini waktu yang tepat untuk mencoba.

Pasalnya, Ariston meyakini harga emas terus naik hingga akhir tahun ini. Situasi ekonomi dunia dipandang tetap lemah sebelum ada kesepakatan antara AS dan China soal perang dagang.

"Jadi ada peluang untuk naik lagi, investor bisa masuk," imbuh Ariston.

Ariston menyatakan masyarakat bisa membeli emas secara fisik melalui toko resmi Antam dan trading di bursa berjangka. Jika ingin mencoba trading, investor bisa memulainya dengan memilih broker yang terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Setelah itu, investor bisa melakukan proses pendaftaran di broker tersebut dengan mengisi sejumlah data pribadi dan memberikan data seperti kartu tanda penduduk (KTP dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

"Jadi ada proses know your customer (KYC) seperti di perbankan. Kalau proses itu sudah selesai nanti akun dan rekening khusus untuk trading emas diterbitkan," kata Ariston.

Kemudian, investor harus memasukkan uang sebagai setoran awal di rekening tersebut. Nantinya, uang itu bisa digunakan untuk trading emas di bursa berjangka.

"Sistem trading-nya mirip saham, ada analisis teknikal dan fundamentalnya," jelas dia.

Namun, jika investor memilih untuk membeli emas fisik bisa membuka laman resmi Antam untuk membelinya secara daring (online). Selain itu, pembelian juga bisa dilakukan lewat sejumlah e-commerce seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Berdasarkan penelusuran CNNIndonesia.com, masyarakat bisa membeli emas di logammulia.com atau laman resmi Antam. Sebelum proses pembelian, masyarakat harus mendaftar dahulu dengan memberikan sejumlah data pribadi, seperti nama, nomor KTP, nomor NPWP, dan e-mail.

Setelah itu, masyarakat bisa memilih jumlah emas yang mau dibeli. Antam menawarkan emas mulai dari 0,5 gram sampai 1.000 gram. Namun, hanya emas berukuran 0,5 gram sampai 100 gram yang bisa dibeli secara daring, sedangkan ukuran 250 gram sampai 1.000 gram harus di toko logam mulia.

Dengan ukuran 0,5 gram, masyarakat hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp400 ribu. Namun, jika ingin memiliki ukuran 1 gram, dana yang harus dikeluarkan minimal sekitar Rp700 ribu per gram.

Semakin besar ukurannya, maka semakin tinggi juga kocek yang harus disiapkan calon investor emas. Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Andi Nugroho menyarankan investor tak membeli emas dengan ukuran besar.

[Gambas:Video CNN]
Misalnya, jika ingin membeli emas 100 gram, investor bisa memecahnya dengan membeli emas 25 gram sebanyak empat batang. Sebab, ini akan berpengaruh pada proses jualnya.

"Jadi kalau nanti kita butuh uang, jualnya bisa sedikit-sedikit. Tidak langsung 100 gram padahal kebutuhan uangnya tidak banyak. Kalau jual langsung 100 gram kan sayang," papar Andi.

Jika harga yang dipatok Antam dirasa mahal, masyarakat bisa mencoba membeli emas melalui e-commerce. Di sini, masyarakat bisa membeli emas dengan ukuran minimal 0,0001 gram dengan harga sekitar Rp73.

Kemudian, emas berukuran 0,01 gram dibanderol dengan harga sekitar Rp7.253, 0,025 gram sebesar Rp18.132 per gram, 0,05 gram sebesar Rp36.264 per gram, 0,1 gram sebesar Rp72.527 per gram, dan 0,5 gram Rp362.632.

Harganya akan berubah setiap 15 menit sekali. Nantinya, masyarakat bisa mengecek perubahan harga setiap kali melakukan pembelian.


Ini artinya, masyarakat yang belum memiliki cukup dana bisa mencicil emas dengan ukuran terendah. Cara pembeliannya pun cukup mudah.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan CNNIndonesia.com di salah satu e-commerce, calon pembeli hanya perlu melakukan pendaftaran untuk memiliki akun sebelum melakukan pembelian.

Beberapa data pribadi yang harus diberikan, antara lain nama lengkap dan e-mail. Setelah itu, masyarakat bisa langsung membeli emas dengan membuka fitur penjualan emas.

Masyarakat bisa memilih ukuran emas mana yang ingin dibeli. Jika sudah selesai, maka bisa langsung ke kolong pemilihan metode pembayaran.

Proses pembayaran bisa dilakukan melalui transfer bank hingga di beberapa mini market, seperti Indomaret dan Alfamart. Setelah memilih metode pembayaran, pembeli hanya perlu menekan tombol bayar untuk menyelesaikan pembelian emas.


Walaupun beli secara online, masyarakat bisa menarik emas tersebut dengan membayar sertifikat dan biaya pengiriman termasuk asuransi dengan memilih metode pembayaran yang disediakan.

Namun, emas hanya bisa ditarik jika ukurannya sudah mencapai 1 gram. Sementara, proses jual tetap bisa dilakukan meski emas yang dimiliki belum mencapai 1 gram.

Andi mengatakan sebaiknya masyarakat menjual emas ketika sedang butuh uang saja. Ia menyarankan agar seseorang tak mudah tergiur untuk melepas kepemilikan emasnya ketika harga sedang naik.

"Karena harga emas sebenarnya cukup stabil, bukan seperti saham yang besok bisa naik tinggi besoknya lagi anjlok. Jadi tidak perlu khawatir akan merugi kalau punya emas," ujar Andi.

Ia menambahkan bahwa emas bisa dijadikan sebagai opsi portofolio investasi selain saham, valuta asing, atau investasi riil. Sebab, jika pasar jatuh, emas biasanya akan tetap berdiri tegak dan memberikan keuntungan bagi investor.

"Kalau saham ambruk semua, istilahnya daripada tidak cuan sama sekali lebih baik dibantu dengan emas kan," pungkas Andi. (aud/lav)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2NSgbjJ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment