Dalam arti sempit (M1), uang beredar tercatat sebesar Rp1.518 triliun atau tumbuh melambat dari 7,4 persen pada Mei 2019 menjadi 4,5 persen.
Sebagai informasi, M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi rupiah). Sementara itu, M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Berdasarkan data uang beredar yang dirilis BI pada Rabu (31/7), perlambatan M1 terutama terjadi pada komponen uang kartal seiring dengan kembali normalnya kebutuhan likuiditas masyarakat pasca ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.
Sementara, perlambatan M2 terjadi pada seluruh komponen. Selain M1, komponen lainnya berupa uang kuasi juga tumbuh sedikit melambat, dari 7,9 persen pada Mei 2019 menjadi 7,6 persen pada Juni 2019."Perlambatan pertumbuhan M2 terutama disebabkan oleh penurunan operasi keuangan pemerintah dan perlambatan penyaluran kredit," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangannya di situs resmi BI, dikutip Rabu (31/7).
Onny mengungkapkan operasi keuangan pemerintah merosot sebesar 12,7 persen setelah mencatat kenaikan 5,5 persen pada Mei 2019. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan tagihan sistem moneter kepada pemerintah pusat sebesar 2,3 persen, terutama dari instrumen obligasi negara.
Di saat yang sama, pertumbuhan penyaluran kredit pada Juni 2019 juga melambat menjadi 9,9 persen, dari bulan sebelumnya yang masih bisa tumbuh 11,1 persen.
Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih turun sebesar 2,2 persen pada Juni 2019, membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang merosot 3,2 persen. Hal ini menjadi faktor penahan perlambatan pertumbuhan M2 lebih dalam.
[Gambas:Video CNN] (sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2K7kJjS
via IFTTT
No comments:
Post a Comment