Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan ini menjadikan inflasi tahun kalender mencapai 2,36 persen hingga Juli kemarin. Kemudian, inflasi ini lebih tinggi dari Juli tahun lalu yakni 0,28 persen.
"Ini merupakan hasil dari survei 82 kota, di mana 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi. Banyaknya kota yang deflasi ini disebabkan karena tren setelah Lebaran dan Ramadan, di mana harga memang turun," ujar Suhariyanto, Senin (1/8).
Sejatinya, inflasi terjadi di hampir seluruh kelompok pengeluaran. Untuk kelompok bahan makanan, inflasinya tercatat sebesar 0,8 persen dan memberikan andil ke inflasi bulanan sebesar 0,17 persen.
Menurut dia, andil inflasi paling tinggi disebabkan oleh cabai rawit sebesar 0,06 persen, meski bawang putih dan bawang merah masing-masing memberi andil deflasi sebesar 0,02 persen dan 0,04 persen.
Lalu, inflasi juga disebabkan oleh kenaikan harga emas, sehingga komponen pengeluaran sandang mengalami inflasi 0,7 persen dan menyumbang ke inflasi Juli sebesar 0,04 persen. Terakhir, inflasi tertinggi juga dicatat oleh komponen pendidikan yakni 0,92 persen gara-gara ada kenaikan biaya pendidikan setiap awal tahun ajaran baru.
"Sebenarnya ini bisa dipahami karena tren setiap tahun seperti itu. Setiap awal Juli memang ada inflasi di pendidikan, makanya andil uang sekolah ini sebesar 0,07 persen ke inflasi," tutur dia.
Dengan demikian, ini menyebabkan inflasi secara tahunan (year-on-year) mencapai 3,32 persen. Namun, ia bilang angka ini masih terkendali meski ada beberapa ancaman inflasi hingga akhir tahun nanti.
Menurut Suhariyanto, pemerintah perlu mengawasi kondisi natal dan tahun baru, serta musim kemarau yang diprediksi hingga Oktober yang bisa bikin harga-harga bahan pangan melonjak.
"Tapi inflasi ini secara year-on-year di dalam rentang pemerintah, artinya inflasi terkendali," papar dia. (glh/lav)
from CNN Indonesia https://ift.tt/319rJ5j
via IFTTT
No comments:
Post a Comment