Analis Monex Investindo Futures, Faisyal di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa dolar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk Rupiah dipicu oleh prospek kenaikan suku bunga the Fed, bank sentral Amerika, dalam waktu dekat.
"The Fed sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga berikutnya," katanya.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar di negara berkembang juga masih dibayangi penantian terhadap perkembangan pertemuan perwakilan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.
Ia memaparkan tarif baru Amerika Serikat senilai 16 miliar dolar AS kepada impor Tiongkok akan berlaku, sementara itu Tiongkok akan memberlakukan tarif balasan bagi jumlah barang Amerika Serikat.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga mengatakan secara umum dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah masih adanya kekhawatiran investor terhadap krisis Turki, dan ketegangan dagang global.
"Berbagai faktor fundamental untuk apresiasi dolar AS masih tetap ada, ditambah ekspektasi kenaikan suku bunga AS tahun ini tetap tinggi, sehingga dolar AS cenderung terapresiasi," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (23/8), tercatat mata uang Rupiah melemah menjadi Rp14.620 dibanding sebelumnya (21/8) di posisi Rp14.568 per dolar AS.
Baca juga: Kecenderungan apresiasi dolar, picu anjloknya kurs rupiah ke Rp14.619
Baca juga: Rupiah kembali melemah jadi Rp14.619
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment