Kapolsek Sawah Besar Komisaris Eliantoro Jalmaf mengatakan berdasarkan keterangan para saksi, korban disebut memiliki utang sebesar Rp22 juta
"Dari beberapa keterangan sekuriti dia lagi pinjaman uang sebanyak Rp22 juta, ada beberapa teman sekuriti yang dimintai uang," kata Eliantoro saat dikonfirmasi.
Perencana Keuangan Zelts Consulting Ahmad Gozali mengatakan masalah utang kadang memang menimbulkan beban berat bagi beberapa orang. Beban terberat dari utang bukanlah untuk membayarnya kembali.
Tapi katanya, beban terberat terdapat pada rasa malu pada keluarga atau orang terdekat. Akan tetapi, jika seseorang melakukan bunuh diri akibat utang, ia menilai hal ini bukan lagi masalah finansial, namun lebih kepada masalah psikologis.
Karenanya, ia bilang jika sudah kadung terjerat utang, solusi paling utama adalah meminta dukungan dari keluarga dan orang. Ia menyarankan seorang yang berhutang alias debitur harus mengakui masalah yang sedang dihadapi.
Pahit memang. Tapi, pengakuan jujur seorang debitur kepada keluarga atau orang terdekat mereka bisa bermanfaat guna mendapatkan dorongan moral dalam menyelesaikan masalah utang tersebut dengan cara yang bijak dan benar.
"Dengan cara itu, setidaknya kita jadi mengakui ada yang salah dengan cara kita kelola uang, ada yang salah sampai-sampai terjerat hutang seperti itu. Jika masalah ini dipendam sendirian, kadang yang terjadi adalah penyangkalan," katanya kepada CNNIndonesia.com.Meski sulit, ia menegaskan di balik peliknya setiap permasalahan utang terdapat solusi. Gozali menyatakan pembayaran cicilan utang wajib jadi prioritas saat menerima penghasilan.
Ia mengimbau masyarakat yang memiliki utang untuk meruntuhkan egonya supaya cicilan utang bisa dibayar. Bila seseorang memiliki utang, ia harus berani mengurangi standar makan agar kewajiban bisa segera dilunasi.
Orang tersebut juga bisa bekerja sambilan untuk mendapatkan tambahan penghasilan demi membayar utang.
"Utang itu ibarat 'pendarahan', harus di-stop dulu pendarahannya sebelum diobati lukanya," paparnya.
Ia melanjutkan kalau pendarahannya tak kunjung berhenti, maka jalan lainnya adalah 'amputasi'."Dalam hal ini berarti menjual aset agar hutangnya bisa lunas, atau minimal berkurang dengan signifikan," ucapnya.
Senada, Perencana Keuangan Safir Senduk menuturkan terdapat empat langkah efektif untuk keluar dari jeratan utang.
Pertama, mendahulukan cicilan utang dari penghasilan bulanannya. Kedua, jika penghasilan tidak cukup untuk menutupi cicilan, maka debitur dianjurkan mencari penghasilan tambahan lewat kerja sampingan.
[Gambas:Video CNN]
Ketiga, melepas sebagian aset yang dimiliki seperti perhiasan, barang elektronik maupun otomotif untuk membayar utang. Keempat, tapi tidak dianjurkan; menutup utang dengan melakukan pinjaman lain alias gali lubang tutup lubang.
Safir menekankan solusi terakhir baru bisa diambil apabila seorang debitur tak mampu melaksanakan tiga solusi terdahulu. Pasalnya, gali lubang tutup lubang justru akan merugikan si debitur lantaran utangnya makin menumpuk.
"Jadi sebaiknya gali lubang tutup lubang baru dilakukan kalau dia tidak mampu cari penghasilan tambahan, lalu dia tidak punya barang lagi untuk dijual, dan dia tidak mau mencicil utangnya atau dia mau sekalian bayar," paparnya.
Kalau pun terpaksa menambah utang, ia menganjurkan masyarakat meminta bantuan kepada keluarga atau orang terdekat. Alasannya, bunga dari pinjaman keluarga maupun orang terdekat cenderung lebih ringan bahkan tanpa bunga dibandingkan dengan pinjaman dari lembaga jasa keuangan resmi.
Safir mewanti-wanti masyarakat untuk tak sekali-kali mencoba utang kepada rentenir. Alasannya, meskipun utang lebih cepat cair namun bunganya mencekik.
"Secara finansial hitungan untung rugi, lebih menguntungkan pinjam ke saudara yang tidak pakai bunga," paparnya.
Selain solusi-solusi di atas, ia bilang dalam kondisi terdesak seorang karyawan bisa mengajukan pinjaman kepada perusahaan. Selanjutnya, pembayaran utang bisa dilakukan dengan pemotongan gaji karyawan secara otomatis tiap bulannya usai gajian.
Dalam hal ini, lanjutnya, dibutuhkan keterbukaan antara pegawai dengan manajemen kantor. Toh, sebuah perusahaan tentunya memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan karyawannya, sehingga tak ada salahnya jika perusahaan membantu karyawan dengan pertimbangan tertentu.
"Kalau orang sudah memiliki utang yang bekerja adalah rasa panik dan emosi. Nah, kalau sudah panik dan emosi dia tidak bisa berpikir secara jernih, kalau tidak bisa berpikir secara jernih ya dia akan putus asa," ucapnya.
Rasio Utang
Utang memang seharusnya dihindari, namun tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan kadang ditemui kondisi darurat yang memaksa seseorang mengambil pinjaman.
Safir menuturkan jika terdesak mengambil pinjaman, ia menyarankan cicilan utang maksimal 30 persen dari pendapatan bulanan. Misalnya, gaji bulanan yang diterima adalah Rp10 juta, maka cicilan utang setiap bulannya tidak boleh dari Rp3 juta. Jumlah cicilan tersebut merupakan total seluruh cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya.
Perhitungan pendapatan ini, lanjutnya, tidak memasukkan gaji bulanan istri jika sang istri tak bersedia menyerahkan gajinya untuk membayar utang. Rasio tersebut mengantisipasi pengeluaran untuk kebutuhan pokok setiap hari misalnya makan dan pendidikan anak.
"Yang sakit itu kalau penghasilan Rp10 juta tapi cicilan utang Rp7 juta, dia memang bisa bayar utangnya tapi dia tidak bisa hidup," ujarnya.
Ia menuturkan jika rasio utang melebihi 30 persen, maka ia menyarankan masyarakat untuk mencari penghasilan tambahan.
(agt)from CNN Indonesia https://ift.tt/2rCyQH6
via IFTTT
No comments:
Post a Comment