"Investasi ini di luar migas, perbankan, lembaga keuangan non bank, asuransi, sewa bidang usaha, industri rumah tangga dan usaha mikro usaha kecil," jelas Plt Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani di Kantor BKPM Jakarta, Kamis (31/10).
Jika dirinci, penanaman modal asing (PMA) mengambil porsi 52,9 persen atau Rp317,8 persen. Sementara, penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat Rp283,5 triliun atau 47,1 persen dari total investasi.
Khusus kuartal III 2019, realisasi investasi mencapai Rp205,7 triliun atau tumbuh 18,4 persen dari periode yang sama tahun lalu, Rp173,8 triliun. Dari angka tersebut, sebesar Rp105 triliun berasal dari PMA dan Rp100,7 triliun dari PMDN.
Berdasarkan negara asalnya, Singapura menempati peringkat pertama sebagai penyetor PMA terbesar pada kuartal III( dengan angka investasi mencapai US$1,95 miliar dari 2.645 proyek.
Kemudian, Belanda mengekor dengan investasi sebesar US$1,36 miliar. Lalu, Tiongkok sebesar US$1,02 miliar, Jepang sebesar US$881 juta dan Hong Kong sebesar US$433 juta.
Berdasarkan sektornya, 19,1 persen dari total investasi periode Juli-September 2019 ditempatkan di sektor transportasi, gedung dan telekomunikasi. Kemudian, 19 persen di sektor listrik, gas dan air dan 8,2 persen di sektor konstruksi.
Lalu, 8 persen di sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran; 7,6 persen di tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, dan sisanya sebanyak 38,1 persen pada sektor lainnya.Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan penyebaran proyek dari investasi yang didapati pada kuartal III tidak lagi didominasi oleh Pulau Jawa. Pasalnya, selisih investasi yang dikerahkan di Pulau Jawa dan luar Jawa tidak begitu tinggi, yakni Rp112 triliun di Pulau Jawa dan Rp93 triliun di luar Pulau Jawa.
Berdasarkan provinsi, sebanyak 20 persen investasi digelontorkan di DKI Jakarta; 16,2 persen di Jawa Barat; 7,2 persen di Jawa Timur; 6,4 persen di Riau, 5,4 persen di Jawa Tengah, dan 44,8 persen di penjuru Indonesia lainnya.
"Potret ini menggambarkan bahwa prospek investasi di luar pulau jawa sudah mulai menjanjikan. Efek dari pembangunan infrastruktur lima tahun kemarin digalangkan secara masif oleh pemerintahan Pak Jokowi-JK," ujar Bahlil kembali.
Penyerapan Tenaga Kerja TurunKendati angka realisasi investasi tumbuh dua digit dari tahun sebelumnya, angka penyerapan tenaga kerjanya justru menurun. Sepanjang Juli-September 2019, angka penyerapan kerja tercatat 212.580 orang. angka penyerapan kerja mencapai 213.730 orang.
Menanggapi hal tersebut, Bahlil menilai pengurangan angka itu merupakan hal biasa yang tak perlu dibesar-besarkan. Pasalnya, penurunannya hanya seribu orang.
"Contohnya, orang membangun jalan. Awalnya di tempat itu masih manual. Karena manual, tenaga kerjanya banyak. Tapi masa manual terus? Pastikan pengusaha itu juga butuh mesin-mesin. Begitu menggunakan mesin jadi pemangkasan tenaga kerja," jelasnya.
[Gambas:Video CNN] (fey/sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/36ncM2Q
via IFTTT
No comments:
Post a Comment