"Setelah kami inventarisasi banyak sekali proyek-proyek yang sebenarnya nilainya, saya enggak tahu berapa puluh miliar (dolar AS) mungkin, US$50 miliar, US$60 miliar, US$70 miliar yang stranded (terhambat). Sekarang kami inventarisasi," ujar Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (30/10).
Untuk itu, secara khusus, instansinya akan memantau progres pengerjaan proyek-proyek di atas US$1 miliar setiap bulan.
"Pada level deputi, saya secara terpadu akan membuat rapat setiap bulan. Saya yang pimpin rapat," ujarnya. Luhut ingin agar tidak ada pengerjaan proyek yang seperti "yoyo". Dalam artian, pengerjaan proyek maju kemudian tertahan bahkan mundur.
Misalnya, proyek pembangunan kompleks petrokimia antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan Taiwan China Petroleum Corporation (CPC).
"(Proyek) CPC sudah 3 tahun selalu masalah tanah. Akhirnya, Presiden (Joko Widodo) seolah-olah ada orang yang menghambat supaya petrochemical ini tidak jadi supaya kita (Indonesia) impor terus dari luar," ujarnya.
[Gambas:Video CNN] (fra/sfr)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2NrizvL
via IFTTT
No comments:
Post a Comment