Dilansir dari AFP, Kamis (31/10), BoJ menyampaikan perkiraan biaya pinjaman akan tetap berada pada level saat ini atau bahkan lebih rendah. Sebelumnya, BoJ memperkirakan untuk mempertahankan suku bunga pada 'tingkat ultra-rendah' hingga setidaknya sampai musim semi 2020 mendatang.
Pernyataan BoJ mengenai pemotongan suku bunga sendiri dikeluarkan beberapa saat setelah bank sentral Amerika Serikat (The Fed) kembali memotong suku bunga acuan mereka untuk mendorong perekonomian.
Pembuat kebijakan menyampaikan perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh lebih lambat dari potensinya. Hal ini didasari oleh perang dagang AS dan China serta perlambatan ekonomi pada negara-negara berkembang.
"Dengan perubahan dalam pedoman ke depan, kami membuat jelas bahwa sikap kami adalah melakukan kebijakan dengan lebih mempertimbangkan arah pelonggaran," ujar Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda.BoJ secara konsisten gagal mencapai target inflasi dua persen dan kemungkinan inflasi baru akan naik 0,7 persen tahun ini hingga Maret 2020 mendatang. Padahal, target dua persen tersebut dianggap sebagai kunci untuk menekan perlambatan perekonomian.
Prakiraan tersebut juga menurunkan perkiraan tahun 2021 dari 1,3 persen menjadi 1,1 persen serta menurunkan proyeksi tahun ini dari 1,6 persen menjadi 1,5 persen hingga Maret 2022.
Selain itu, perkiraan pertumbuhan ekonomi juga dipotong dengan ekspansi 0,6 persen pada tahun ini hingga Maret 2021. Kemudian 0,7 persen pada 2021 dan 1,0 persen pada tahun yang sama hingga 22 Maret 2022 mendatang."Tidak ada peningkatan lebih lanjut dalam kemungkinan bahwa momentum menuju pencapaian stabilitas harga akan hilang," tulis BoJ dalam sebuah pernyataan.
Rendahnya pertumbuhan perekonomian serta inflasi yang berkepanjangan juga disebut telah menciptakan 'pola pikir deflasi' yang membebani perekonomian nasional.
[Gambas:Video CNN]
(hns/bir)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2qe9NJr
via IFTTT
No comments:
Post a Comment