Langkah tersebut membuat Pretoria menuduh Trump menimbulkan perpecahan bangsa.
Pernyataan Trump itu membakar perdebatan, yang sebelumnya sudah panas, menyangkut lahan di Afrika Selatan.
Negara itu masih menghadapi perpecahan dan ketidaksetaraan suku hampir seperempat abad setelah Nelson Mandela muncul untuk mengakhiri "apartheid".
Nilai mata uang Afsel, rand, turun lebih dari 1,5 persen terhadap dolar AS dalam perdagangan pagi pada Kamis setelah cuitan Trump beredar di Afrika Selatan.
"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri @SecPompeo untuk mengkaji secara dalam soal pertanahan dan penyitaan pertanian di Afrika Selatan serta pengambilalihan dan pembunuhan terhadap petani dalam skala besar," kata Trump di Twitter, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Kementerian luar negeri Afrika Selatan akan meminta klarifikasi atas pernyataan Trump itu dari Kedutaan Besar AS di Pretoria, kata juru bicara Presiden Cyril Ramaphosa. Jubir menambahkan bahwa Trump mendapatkan "informasi yang salah".
"Afrika Selatan sepenuhnya menentang pemahaman yang sempit ini, yang hanya akan mengarah untuk memecah belah bangsa kami serta mengingatkan kami soal penjajahan di masa lalu," kata Twitter resmi pemerintah Afrika Selatan, yang menanggapi pernyataan Trump.
Departemen Luar Negeri AS belum bisa dimintai komentar soal cuitan Trump.
Ramaphosa pada 1 Agustus mengumumkan bahwa Kongres Nasional Afrika (ANC), yang sedang berkuasa, berencana mengubah undang-undang dasar untuk mengizinkan pengambilalihan lahan tanpa kompensasi, sementara kalangan kulit putih masih memiliki sebagian besar lahan Afrika Selatan.
Ramaphosa mengatakan reformasi pertanahan akan dilakukan tanpa menimbulkan dampak pada pertumbuhan ekononomi atau keamanan pangan.
ANC mengatakan belum ada lahan yang "disita" sejak rencana reformasi itu diumumkan.
Cuitan Trump itu tampaknya merupakan tanggapan atas laporan Fox News pada Rabu, yang memusatkan pemberitaan pada masalah lahan Afrika Selatan dan pembunuhan yang dialami sejumlah petani kulit putih di negara tersebut.
Kejahatan kekerasan merupakan masalah serius di seluruh Afrika Selatan. Sebanyak 47 petani tewas dalam kurun 2017-2018, menurut data dari AgriSA, himpunan perkumpulan para petani. Namun, pembunuhan terkait pertanian merupakan kasus yang kecil jumlahnya dalam 20 tahun belakangan.
Cuitan Trump itu muncul beberapa hari setelah Trump mengumuman bahwa istrinya, Melania, akan melawat ke Afrika pada Oktober untuk menjalankan kunjungan internasional tunggal pertamanya sebagai ibu negara.
Pada Januari, Afrika Selatan melancarkan protes terhadap Kedubes AS di Pretoria terkait Trump, yang dilaporkan menyatakan bahwa sejumlah pendatang dari Afrika dan Haiti datang dari negara "lubang kotoran".
Editor: Tia Mutiasari / Boyke S.
Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment