Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga di Jakarta, Kamis, mengatakan secara umum dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, di tengah masih adanya kekhawatiran investor terhadap krisis Turki, dan ketegangan dagang global.
"Berbagai faktor fundamental untuk apresiasi dolar AS masih tetap ada, ditambah ekspektasi kenaikan suku bunga AS tahun ini tetap tinggi, sehingga dolar AS cenderung terapresiasi," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen beli terhadap dolar AS dapat tertahan menyusul Presiden AS Donald Trump yang meningkatkan kritik terhadap bank sentral Amerika Serikat (the Fed).
Ia menambahkan Bank Indonesia (BI) juga sudah meningkatkan suku bunga acuan guna menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah. Pada 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen.
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada menambahkan permintaan obligasi domestik yang masih tinggi diharapkan terus menarik minat investor masuk ke Indonesia.
"Minat beli obligasi yang masih baik dapat menjaga fluktuasi mata uang rupiah," katanya.
Baca juga: Ekspektasi kenaikan suku bunga, persempit kerugian dolar AS
Baca juga: Aksi jual investor asing mereda, IHSG dibuka menguat
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment